Kembalinya
Ikatan Putra Nahdlatul Ulama ke Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama yang di hasilkan
pada kongres di Surabaya XIV tahun 2003 dan di mantapkan pada kongres di
Jakarta tahun 2006, menjadi prasasti sejarah bagi era baru perjuangan IPNU
merambah dunia pendidikan. Implikasi dari perubahan orientasi kembali ke
pelajar adalah memperjuangkan terpenuhinya hak-hak pelajar. Tidak sekedar
melakukan proses kaderisasi melalui institusi pendidikan, lebih dari sekedar
itu harus terumuskan pula secara filosofi, strategi memperjuangkan dunia
pendidikan Indonesia di era globalisasi saat ini. Dunia pendidikan saat ini
memasuki ruang kehawatiran (gelap), pribadi pendidikan di negeri ini
dis-orientasi, akibatnya target pendidikan kehilangan arah. Mulai dari regulasi
yang tidak berpihak pada rakyat, kurikulum yang tidak konstektual, manajemen
yang tidak transparan, serta sarana prasarana yang tidak memadai.
Pola
pikir masyarat saat ini beruba orentasi tentang makna pendidikan, masyarakat
sekarang instan berpikir tentang pendidikan. Pendidikan (sekolah atau kuliah)
semata hanya untuk mendapatkan pekerjaan. Disinilah bangunan berpikir
masyarakat kita telah berorentasi pada pasar. Tujuan pendidikan menjadi
dangkal, karena hanya berorentasi pada kerja sesuai dengan pangsa pasar.
Sementara, makna proses dari pembelajaran untuk mengasah kreativitas dalam
karangka ilmiah dan akademik semakin kabur. Hal ini lebih disebabkan oleh nalar
berpikir masyarakat kita yang pragmatis sebagai konsekuensi dari keberhasilan
kapitalisme di negara dunia ketiga (baca:negara berkembang). Pendidikan menjadi
aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Karena dengan pendidikan, masyarakat
akan tercerahkan, ”melek” pengetahuan dan mampu mencipta dan berkreasi untuk
perubahan menuju keadaan yang lebih baik atas negeri ini. Patut disayangkan,
upaya menuju tercapainya cita-cita pendidikan tersebut terseret arus
globalisasi, yang sekali lagi justru mengerdilkan makna pendidikan.
IPNU
harus mampu menyelami ruang batin dunia pendidikan kita. Tanggung jawab sejarah
tersebut harus terus diperjuangkan jika tidak ingin organisasi kepelajaran ini
dianggap latah dalam menghadapi tantangan global. Lantas, dengan apa IPNU akan
bergerak? Paling tidak, IPNU memiliki basis ideologi yang kaya. Ahlussunnah Wal
Jamaah (Aswaja) seharusnya mampu menjadi semangat perjuangan untuk mendapatkan
hak-hak pendidikan bagi pelajar Indonesia
Latar
Belakang Pendirian IPNU
Setahun
sebelum Pesta demokrasi atau Pemilu yang pertama kali di Indonesia, tepatnya
pada tanggal 24 Februari 1954 M. atau 20 Jumadil Akhir 1373 H. lahirlah Ikatan
Pelajar Nahdlatul Ulama yang dilatar belakangi oleh adanya kebutuhan wadah
pengkaderan bagi generasi muda NU yang bersumber dari kalangan pesantren dan
pendidikan umum, yang diharapkan dapat berkiprah di berbagai bidang, baik
politik, birokrasi, maupun bidang-bidang profesi lainnya. Pada awalnya embrio
organisasi ini adalah berbagai organisasi atau asosiasi pelajar dan santri NU
yang masih bersifat lokal dan parsial.
Sebagai
badan otonom NU, keberadaan IPNU tidak bisa dilepaskan dari grand design NU,
karena itu IPNU dituntut untuk senantiasa mengembangkan peran dan fungsinyan
untuk fungsi peran dan pelaksana kebijakan dan program NU yang berkaitan dengan
masyarakat santri, pelajar, dan mahasiswa. Sebagai konsekuensinya IPNU sebagai
garda depan kaderisasi dalam tubuh NU sekaligus mengemban tugas untuk
menyosialisasikan nilai-nilai dan ajaran-ajaran NU dalam kehidupan anggotanya.
Konsep
Islam tentang Generasi Muda
Para ahli
memberi gambaran yang berbeda-beda mengenai batasan pemuda. Untuk itu di bawah
ini diberikan gambaran batasan usia pemuda dilihat dari kepentingan agama dan
sosial sebagai berikut:
1.
Dilihat dari kepentingan kehidupan sosial, dapat dibedakan menjadi 3 kategori:
- Siswa usia antara 6-18 tahun
- Mahasiswa usia antara 18-25 tahun
- Pemuda di luar sekolah usia antara 15-30 tahun
2.
Menurut ilmu jiwa agama, batasan pemuda antara usia 13-24 tahun
Dengan
demikian kita dapat mengetahui posisi pemuda sehingga dalam tindakan dan
berfikir akan dapat menganalisa dengan tepat sehingga nantinya dapat mencarikan
jalan keluarnya.
Untuk
lebih jelasnya di bawah ini kita beri gambaran secara singkat tentang ciri-ciri
kehidupan pemuda sebagai berikut:
1.
Kemurnian idealisme
2.
Keberanian dan keterbukaannya dalam menyerap nilai-nilai
gagasan- gagasan baru.
3.
Semangat pengabdian
4.
Spontanitas dan dinamikanya
5.
Inovasi dan kreativitasnya
6.
Keinginan-keinginan untuk segera mewujudkan gagasan-gagasan baru
7.
Keteguhan janjinya dan keinginan untuk menampilkan sikap dan kepribadian yang
mandiri
8. Masih langkanya pengalaman-pengalaman yang didapat merelevansikan
pendapat, sikap dan tindakannya dengan kenyataan-kenyataan yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar