Rabu, 19 September 2012

PERAN IPNU DAN PENDIDIKAN DI ERA GLOBALISASI

Kembalinya Ikatan Putra Nahdlatul Ulama ke Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama yang di hasilkan pada kongres di Surabaya XIV tahun 2003 dan di mantapkan pada kongres di Jakarta tahun 2006, menjadi prasasti sejarah bagi era baru perjuangan IPNU merambah dunia pendidikan. Implikasi dari perubahan orientasi kembali ke pelajar adalah memperjuangkan terpenuhinya hak-hak pelajar. Tidak sekedar melakukan proses kaderisasi melalui institusi pendidikan, lebih dari sekedar itu harus terumuskan pula secara filosofi, strategi memperjuangkan dunia pendidikan Indonesia di era globalisasi saat ini. Dunia pendidikan saat ini memasuki ruang kehawatiran (gelap), pribadi pendidikan di negeri ini dis-orientasi, akibatnya target pendidikan kehilangan arah. Mulai dari regulasi yang tidak berpihak pada rakyat, kurikulum yang tidak konstektual, manajemen yang tidak transparan, serta sarana prasarana yang tidak memadai.

Pola pikir masyarat saat ini beruba orentasi tentang makna pendidikan, masyarakat sekarang instan berpikir tentang pendidikan. Pendidikan (sekolah atau kuliah) semata hanya untuk mendapatkan pekerjaan. Disinilah bangunan berpikir masyarakat kita telah berorentasi pada pasar. Tujuan pendidikan menjadi dangkal, karena hanya berorentasi pada kerja sesuai dengan pangsa pasar. Sementara, makna proses dari pembelajaran untuk mengasah kreativitas dalam karangka ilmiah dan akademik semakin kabur. Hal ini lebih disebabkan oleh nalar berpikir masyarakat kita yang pragmatis sebagai konsekuensi dari keberhasilan kapitalisme di negara dunia ketiga (baca:negara berkembang). Pendidikan menjadi aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Karena dengan pendidikan, masyarakat akan tercerahkan, ”melek” pengetahuan dan mampu mencipta dan berkreasi untuk perubahan menuju keadaan yang lebih baik atas negeri ini. Patut disayangkan, upaya menuju tercapainya cita-cita pendidikan tersebut terseret arus globalisasi, yang sekali lagi justru mengerdilkan makna pendidikan.
IPNU harus mampu menyelami ruang batin dunia pendidikan kita. Tanggung jawab sejarah tersebut harus terus diperjuangkan jika tidak ingin organisasi kepelajaran ini dianggap latah dalam menghadapi tantangan global. Lantas, dengan apa IPNU akan bergerak? Paling tidak, IPNU memiliki basis ideologi yang kaya. Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) seharusnya mampu menjadi semangat perjuangan untuk mendapatkan hak-hak pendidikan bagi pelajar Indonesia

Latar Belakang Pendirian IPNU

Setahun sebelum Pesta demokrasi atau Pemilu yang pertama kali di Indonesia, tepatnya pada tanggal 24 Februari 1954 M. atau 20 Jumadil Akhir 1373 H. lahirlah Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama yang dilatar belakangi oleh adanya kebutuhan wadah pengkaderan bagi generasi muda NU yang bersumber dari kalangan pesantren dan pendidikan umum, yang diharapkan dapat berkiprah di berbagai bidang, baik politik, birokrasi, maupun bidang-bidang profesi lainnya. Pada awalnya embrio organisasi ini adalah berbagai organisasi atau asosiasi pelajar dan santri NU yang masih bersifat lokal dan parsial.

Sebagai badan otonom NU, keberadaan IPNU tidak bisa dilepaskan dari grand design NU, karena itu IPNU dituntut untuk senantiasa mengembangkan peran dan fungsinyan untuk fungsi peran dan pelaksana kebijakan dan program NU yang berkaitan dengan masyarakat santri, pelajar, dan mahasiswa. Sebagai konsekuensinya IPNU sebagai garda depan kaderisasi dalam tubuh NU sekaligus mengemban tugas untuk menyosialisasikan nilai-nilai dan ajaran-ajaran NU dalam kehidupan anggotanya.

Konsep Islam tentang Generasi Muda

Para ahli memberi gambaran yang berbeda-beda mengenai batasan pemuda. Untuk itu di bawah ini diberikan gambaran batasan usia pemuda dilihat dari kepentingan agama dan sosial sebagai berikut:

1. Dilihat dari kepentingan kehidupan sosial, dapat dibedakan menjadi 3 kategori:
  1.  Siswa usia antara 6-18 tahun
  2.  Mahasiswa usia antara 18-25 tahun
  3.  Pemuda di luar sekolah usia antara 15-30 tahun

2. Menurut ilmu jiwa agama, batasan pemuda antara usia 13-24 tahun

Dengan demikian kita dapat mengetahui posisi pemuda sehingga dalam tindakan dan berfikir akan dapat menganalisa dengan tepat sehingga nantinya dapat mencarikan jalan keluarnya.

Untuk lebih jelasnya di bawah ini kita beri gambaran secara singkat tentang ciri-ciri kehidupan pemuda sebagai berikut:

1. Kemurnian idealisme
2. Keberanian dan keterbukaannya dalam menyerap nilai-nilai gagasan-        gagasan baru.
3. Semangat pengabdian
4. Spontanitas dan dinamikanya
5. Inovasi dan kreativitasnya
6. Keinginan-keinginan untuk segera mewujudkan gagasan-gagasan baru
7. Keteguhan janjinya dan keinginan untuk menampilkan sikap dan kepribadian yang mandiri
8. Masih langkanya pengalaman-pengalaman yang didapat merelevansikan pendapat, sikap dan tindakannya dengan kenyataan-kenyataan yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar